"Bagi pemerintah daerah, kehadiran pabrik smelter ini akan meningkatkan PDRB secara signifikan," kata Pengamat Pertambangan Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmi Radhi di Jakarta, Rabu (18/10/2017).
Salah satu smelter yang telah selesai di bangun di kawasan Indonesia timur adalah fasilitas pengolahan dan pemurnian bijih nikel di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. Smelter ini dibangun oleh Harita Grup melalui anak usahanya PT Megah Surya Pertiwi.
Menurut Fahmi, pembangunan smelter berupa fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel di Pulau Obi tidak hanya menguntungkan bagi industri tambang di dalam negeri, tetapi memberikan nilai tambah serta multiplier effect berupa tumbuhnya lapangan pekerjaan baru, serta munculnya industri-industri terkait.
Baca Juga: Civitas Academica FK Undip Menolak Politisasi Kasus Kematian Mahasiswi PPDS Anestesi
Megah Surya Pertiwi sendiri telah menyelesaikan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bijih nikel di Pulau Obi. Smelter ini ditargetkan mampu menghasilkan hingga 200 ribu ton ferronickel per tahun dengan kadar pemurnian 10%-12%.
Nantinya, smelter juga menerima suplai bijih nikel dari perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan nikel lainnya di Halmahera Selatan. Investasi smelter mencapai USD350 juta. Fasilitas ini mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang terdiri dari tiga line untuk mengoptimalkan produksi. Kebutuhan tenaga listrik smelter MSP dipasok dari PLTU berkapasitas 3x38 megawatt (MW).
Fahmi menyebutkan sesuai UU Minerba, perusahaan tambang diwajibkan untuk membangun smelter atau pabrik pengolahan dengan tujuan bukan hasil tambang mentah yang dipasok ke pasar, tetapi sudah produk jadi untuk memberikan nilai tambah bagi daerah dan negara.
Baca Juga: Uniknya Udang Selingkuh, Udang Khas di Kawasan Pegunungan PapuaKata Kunci : smelter, migas