19 Maret 2020

Virus Tidak Bisa Mati, Begini Penjelasan Ilmiahnya

Tim Redaksi | 760 Pembaca

  • BAGIKAN :
Virus Tidak Bisa Mati, Begini Penjelasan Ilmiahnya
Foto: Ilustrasi Coronavirus

Virus adalah parasit sangat kecil yang terbuat dari bahan genetik, dibungkus protein dan kadang-kadang lapisan luar membran, yang membajak sel-sel hidup untuk mereproduksi diri mereka sendiri.

Virus ada pada batas dari apa yang dianggap sebagai kehidupan, dan sebagian besar ilmuwan sekarang setuju bahwa mereka bukan makhluk hidup.

Mengutip ScienceFocus.com, sebenarnya virus tidak bisa mati, karena alasan sederhana bahwa mereka tidak hidup sejak awal. Meskipun mengandung instruksi genetik dalam bentuk DNA (atau molekul terkait, RNA), virus tidak dapat berkembang secara mandiri. Sebaliknya, virus harus menyerang organisme inang dan membajak instruksi genetiknya.

Lalu berapa lama virus dapat tetap hidup dan mampu infeksi inangnya? Beberapa jenis virus, termasuk virus influenza, dan HIV AIDS, tidak dapat bertahan lebih dari beberapa jam di luar organisme inang, kecuali disimpan dalam kondisi yang terkendali dengan hati-hati.

Tetapi ada juga jenis virus yang mampu bertahan hingga beberapa tahun. Sebagai contoh, virus cacar yang mematikan, dapat dengan mudah tetap menular selama dua tahun. Para sejarawan sekarang percaya bahwa virus cacar yang tidak aktif yang dibawa ke Australia oleh dokter-dokter Inggris pada tahun 1787 dapat menyebabkan wabah cacar di kalangan penduduk Aborigin dua tahun kemudian.

Bagaimana Cara Virus Menginveksi

Sebenarnya kita terpapar virus setiap hari, tetapi sistem kekebalan tubuh kita mampu mencegah sebagian besar dari virus itu bertahan, terutama yang sudah pernah kita lawan sebelumnya, atau sudah divaksinasi.

Tahap pertama dari suatu infeksi terjadi ketika virus melewati batas fisik kulit dan lendir kita, dan memasuki sel yang sesuai.

Setelah masuk, virus dapat mengambil alih sel dan memaksa sel untuk membuat banyak salinan virus (replikasi), yang merusak sel dan kadang-kadang membunuhnya.

Virus yang baru dibuat kemudian dilepaskan untuk menemukan sel baru lainnya untuk dibajak. Kita sakit ketika virus telah membuat infeksi di banyak sel, dan fungsi tubuh kita yang normal berubah.

Virus sering menginfeksi tempat-tempat tertentu di tubuh kita, di mana kita merasakan efeknya.

Virus Rhino misalnya, menginfeksi saluran udara bagian atas di belakang hidung kita, dan kita merespons dengan bersin dan mengeluarkan ingus (flu biasa). Sementara virus Corona yang muncul pada tahun 2019 (disebut SARS-CoV-2) menginfeksi saluran udara bagian bawah, termasuk paru-paru, yang menyebabkan pneumonia.

Tubuh kita melawan virus dengan menciptakan respons peradangan dan memanggil sel spesialis dari jaringan dan organ kita.

Beberapa sel ini dapat membuat antibodi terhadap virus, beberapa menghancurkan sel yang terinfeksi, dan yang lain membangun memori virus untuk waktu berikutnya.

Saat kita merasa sakit, mengeluarkan ingus, demam, dan pembengkakan kelenjar getah bening misalnya, sesungguhnya disebabkan oleh perjuangan tubuh kita untuk menyingkirkan virus tersebut, dan bukan karena virus itu sendiri.

Editor : Joko Yuwono