Warta Konsumen Indonesia
Warta Konsumen Indonesia
Home
»
Perspektif
»
Detail Berita


Selama 10 Tahun Jokowi Bangun 53 Bendungan Perkuat Ketahanan Pangan dan Irigasi

Foto: Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang, salah satu proyek infrastruktur yang dibangun di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo
Pemasangan Iklan
Oleh : Joko Yuwono

Kupang, Indonesianer.com — Dalam sepuluh tahun terakhir, pemerintahan Presiden Jokowi berhasil membangun 53 bendungan yang telah diresmikan, sebagai bagian dari total sekitar 61 bendungan konstruksi sejak 2015.

Tujuan utamanya adalah memperkuat ketahanan pangan nasional, memastikan tersedianya air untuk irigasi sawah sepanjang tahun, serta menahan banjir di wilayah-wilayah kritis.

Secara historis, saat ini lahan persawahan yang sebelumnya tergantung curah hujan (tadah hujan) kini bisa mendapatkan pasokan air dari bendungan, memungkinkan petani menanam hingga tiga kali setahun.

Indeks pertanaman naik dari sekitar 1,7 menjadi mendekati 3, yang artinya produktivitas meningkat signifikan.

Presiden Jokowi menyatakan bahwa ketersediaan air dari bendungan adalah kunci agar kedaulatan dan ketahanan pangan bisa tercapai, serta swasembada beras dapat diwujudkan tanpa harus bergantung pada importir asing.

Manfaat Bendungan: Irigasi, Ketahanan, dan Produktivitas Petani

Hadirnya bendungan-bendungan baru membawa manfaat nyata untuk petani dan masyarakat lokal. Sebagai contoh, Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur mulai beroperasi pada Januari 2018.

Dengan kapasitas tampungan mencapai puluhan juta meter kubik, bendungan ini mampu mengairi puluhan hektare lahan pertanian dan mendukung panen hingga tiga kali setahun—yang sebelumnya hanya satu panen karena bergantung pada hujan.

Beberapa bendungan di NTT lainnya seperti Rotiklot, Napun Gete, Temef, Mbay, Kolhua, dan Manikin dibangun untuk mengatasi musim kemarau panjang dan kelangkaan air di daerah tersebut.

Di Banten, Bendungan Karian diresmikan pada awal Januari 2024 dengan kapasitas tampungan sekitar 315 juta meter kubik dan luas genangan ribuan hektare.

Dampak langsungnya adalah penyediaan irigasi bagi sekitar 22.000 hektare sawah, suplai air baku untuk puluhan ribu warga di Banten, Tangerang, dan Bogor, serta pengendalian banjir lokal. Bendungan ini juga dilengkapi pembangkit listrik mikro hidro berkapasitas sekitar 1,8 megawatt.

Ada juga proyek bendungan kering seperti Sukamahi dan Ciawi di hulu Sungai Ciliwung. Digagas sejak 2016 dan rampung pada 2022, bendungan ini memiliki kapasitas beberapa juta meter kubik.

Tujuannya adalah mengendalikan debit air saat hujan deras, mengurangi risiko banjir di Jakarta hingga ratusan hektare wilayah terdampak berkurang.

Transformasi irigasi ini juga berdampak pada produktivitas nasional. Sebelum terbangun bendungan baru, hanya sekitar 11 persen sawah nasional yang memiliki irigasi teknis sepanjang tahun.

Setelah pembangunan 53 bendungan, indeks tanam petani meningkat dan hasil pertanian bisa lebih stabil di berbagai provinsi.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meskipun pembangunan 53 bendungan adalah pencapaian besar, sejumlah pihak menilai jumlah tersebut masih belum cukup untuk menjadikan Indonesia setara dengan negara-negara seperti Thailand dan China dalam hal ketahanan air dan pangan. Infrastruktur air nasional masih memerlukan tambahan bendungan dan sistem irigasi yang merata di seluruh provinsi.

Beberapa bendungan yang telah dibangun ternyata belum dapat langsung berfungsi optimal untuk irigasi. Misalnya di Sumatera Utara terdapat tujuh bendungan seperti Sei Wampu, Sei Serdang, Sei Padang, Sei Silau, Sidilanitano, Sitakkurak, dan Aek Sigeaon yang masih memerlukan penyelesaian dalam hal jaringan distribusi air agar bisa menyuplai lahan pertanian secara efektif.

Ada pula masalah teknis dan sosial seperti akumulasi sedimentasi, kebutuhan konservasi daerah hulu, maupun relokasi masyarakat terdampak. Beberapa proyek seperti Jatigede pernah menghadapi protes terkait dampak sosial akibat penggusuran dan kompensasi tanah yang dirasa kurang.

Namun secara umum, pemerintah menargetkan seluruh bendungan dalam rencana nasional hingga 2025 sudah rampung dan mulai memberikan manfaat irigasi, air baku, penanggulangan banjir, dan mendukung pangan lokal.

Air Tersedia, Pangan Semakin Terjaga

Pemerintahan Jokowi telah membangun puluhan bendungan sebagai jawaban atas tantangan ketahanan pangan dan pengelolaan sumber daya air di Indonesia.

Dari Sabang hingga Merauke, pembangunan fokus pada irigasi teknis sepanjang tahun yang membantu petani menanam lebih sering, stabilitas pangan meningkat, dan wilayah rawan kekeringan atau banjir mulai tertangani lebih baik.

Sebanyak 53 bendungan yang telah diresmikan memungkinkan sinergi antara penyediaan air irigasi, air baku, pengendalian banjir, dan kehadiran energi mikro hidro di beberapa lokasi.

Ini bukan hanya soal fisik infrastruktur, melainkan soal masa depan pertanian yang lebih mandiri, produktif, dan tahan terhadap cuaca ekstrem.

Ke depan, penyelesaian jaringan irigasi dari bendungan ke lahan pertanian, pengelolaan konservasi di hulu, serta penyelesaian fungsi irigasi di bentang bendungan yang belum optimal akan menjadi kunci agar semua proyek ini benar-benar berdampak luas.

Dengan modal bendungan yang semakin banyak dan merata, harapannya Indonesia bisa mendekat pada swasembada pangan sejati dan pertumbuhan ekonomi desa yang lebih merata. Air bukan sekadar elemen alami, ia adalah pondasi masa depan produktivitas bangsa. (*)

Halaman :

Sorotan


Rekomendasi Hotel Syariah dan Akomodasi Islami Terbaik di Surabaya

Hotel

20 Rekomendasi Hotel Syariah di Jakarta, Pilihan Nyaman dan Terbaik

Hotel

Memahami Kategorisasi Warisan Dunia UNESCO: Menelusuri Jejak Indonesia di Panggung Global

Peristiwa

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Bakal Kelola Aset 7 BUMN

Peristiwa

Presiden Prabowo Tunjuk Rosan Roeslani Sebagai Pucuk Pimpinan Danantara

Peristiwa

Pemasangan Iklan

Pilihan Redaksi

Akhirnya Sejumlah 39 Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Gabung Retret di Magelang

Politik

Taman Nasional Gunung Maras Ditetapkan Sebagai Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati

Eksplorasi

Tersembunyi di Jantung Papua, Taman Nasional Lorentz Ditetapkan Sebagai Warisan Dunia

Eksplorasi

Menyusuri Taman Nasional Moyo Satonda, Keindahan dan Jejak Geologi di Sumbawa

Eksplorasi

Taman Nasional Betung Kerihun, Jantung Hutan Kalimantan dengan Keanekaragaman Hayati yang Mempesona

Eksplorasi

Pemasangan Iklan

Baca Juga

Taman Nasional Alas Purwo, Eksotisme Hutan Purba dan Legenda Mistis di Ujung Timur Jawa

Eksplorasi

Taman Nasional Meru Betiri, Rumah Terakhir Harimau Jawa, Destinasi Alam yang Eksotis

Eksplorasi

Kawasan Geopark Ujung Kulon Menyimpan Jejak Keanekaragaman Hayati dan Geologi

Eksplorasi

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Ditetapkan Sebagai Taman Terindah Ketiga di Dunia

Eksplorasi

Sah! Bahasa Indonesia Dinyatakan Sebagai Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO

Peristiwa

Pemasangan Iklan

Berita Lainnya

Uniknya Udang Selingkuh, Udang Khas di Kawasan Pegunungan Papua

Eksplorasi

Pesan Keberagaman untuk Persatuan, United Tractors Selenggarakan UT Smart Educulture Fest 2023

Korporasi

United Tractors Siapkan Generasi Kompetitif Memasuki Dunia Kerja

Edukasi

Komitmen Ciptakan Bisnis Berkelanjutan, United Tractors Perkenalkan New 20 Ton Class Electric Excavator

Ekonomi

Bosch Indonesia Catatkan Penjualan Tertinggi Sepanjang 2022

Teknologi

Pemasangan Iklan
Peristiwa
Lihat Semua
Eksplorasi
Lihat Semua