Tujuan utamanya adalah memperkuat ketahanan pangan nasional, memastikan tersedianya air untuk irigasi sawah sepanjang tahun, serta menahan banjir di wilayah-wilayah kritis.
Secara historis, saat ini lahan persawahan yang sebelumnya tergantung curah hujan (tadah hujan) kini bisa mendapatkan pasokan air dari bendungan, memungkinkan petani menanam hingga tiga kali setahun.
Indeks pertanaman naik dari sekitar 1,7 menjadi mendekati 3, yang artinya produktivitas meningkat signifikan.
Presiden Jokowi menyatakan bahwa ketersediaan air dari bendungan adalah kunci agar kedaulatan dan ketahanan pangan bisa tercapai, serta swasembada beras dapat diwujudkan tanpa harus bergantung pada importir asing.
Manfaat Bendungan: Irigasi, Ketahanan, dan Produktivitas Petani
Hadirnya bendungan-bendungan baru membawa manfaat nyata untuk petani dan masyarakat lokal. Sebagai contoh, Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur mulai beroperasi pada Januari 2018.
Dengan kapasitas tampungan mencapai puluhan juta meter kubik, bendungan ini mampu mengairi puluhan hektare lahan pertanian dan mendukung panen hingga tiga kali setahun—yang sebelumnya hanya satu panen karena bergantung pada hujan.
Beberapa bendungan di NTT lainnya seperti Rotiklot, Napun Gete, Temef, Mbay, Kolhua, dan Manikin dibangun untuk mengatasi musim kemarau panjang dan kelangkaan air di daerah tersebut.
Di Banten, Bendungan Karian diresmikan pada awal Januari 2024 dengan kapasitas tampungan sekitar 315 juta meter kubik dan luas genangan ribuan hektare.
Dampak langsungnya adalah penyediaan irigasi bagi sekitar 22.000 hektare sawah, suplai air baku untuk puluhan ribu warga di Banten, Tangerang, dan Bogor, serta pengendalian banjir lokal. Bendungan ini juga dilengkapi pembangkit listrik mikro hidro berkapasitas sekitar 1,8 megawatt.
Ada juga proyek bendungan kering seperti Sukamahi dan Ciawi di hulu Sungai Ciliwung. Digagas sejak 2016 dan rampung pada 2022, bendungan ini memiliki kapasitas beberapa juta meter kubik.
Tujuannya adalah mengendalikan debit air saat hujan deras, mengurangi risiko banjir di Jakarta hingga ratusan hektare wilayah terdampak berkurang.
Transformasi irigasi ini juga berdampak pada produktivitas nasional. Sebelum terbangun bendungan baru, hanya sekitar 11 persen sawah nasional yang memiliki irigasi teknis sepanjang tahun.
Setelah pembangunan 53 bendungan, indeks tanam petani meningkat dan hasil pertanian bisa lebih stabil di berbagai provinsi.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun pembangunan 53 bendungan adalah pencapaian besar, sejumlah pihak menilai jumlah tersebut masih belum cukup untuk menjadikan Indonesia setara dengan negara-negara seperti Thailand dan China dalam hal ketahanan air dan pangan. Infrastruktur air nasional masih memerlukan tambahan bendungan dan sistem irigasi yang merata di seluruh provinsi.
Beberapa bendungan yang telah dibangun ternyata belum dapat langsung berfungsi optimal untuk irigasi. Misalnya di Sumatera Utara terdapat tujuh bendungan seperti Sei Wampu, Sei Serdang, Sei Padang, Sei Silau, Sidilanitano, Sitakkurak, dan Aek Sigeaon yang masih memerlukan penyelesaian dalam hal jaringan distribusi air agar bisa menyuplai lahan pertanian secara efektif.
Ada pula masalah teknis dan sosial seperti akumulasi sedimentasi, kebutuhan konservasi daerah hulu, maupun relokasi masyarakat terdampak. Beberapa proyek seperti Jatigede pernah menghadapi protes terkait dampak sosial akibat penggusuran dan kompensasi tanah yang dirasa kurang.
Namun secara umum, pemerintah menargetkan seluruh bendungan dalam rencana nasional hingga 2025 sudah rampung dan mulai memberikan manfaat irigasi, air baku, penanggulangan banjir, dan mendukung pangan lokal.
Air Tersedia, Pangan Semakin Terjaga
Pemerintahan Jokowi telah membangun puluhan bendungan sebagai jawaban atas tantangan ketahanan pangan dan pengelolaan sumber daya air di Indonesia.
Dari Sabang hingga Merauke, pembangunan fokus pada irigasi teknis sepanjang tahun yang membantu petani menanam lebih sering, stabilitas pangan meningkat, dan wilayah rawan kekeringan atau banjir mulai tertangani lebih baik.
Sebanyak 53 bendungan yang telah diresmikan memungkinkan sinergi antara penyediaan air irigasi, air baku, pengendalian banjir, dan kehadiran energi mikro hidro di beberapa lokasi.
Ini bukan hanya soal fisik infrastruktur, melainkan soal masa depan pertanian yang lebih mandiri, produktif, dan tahan terhadap cuaca ekstrem.
Ke depan, penyelesaian jaringan irigasi dari bendungan ke lahan pertanian, pengelolaan konservasi di hulu, serta penyelesaian fungsi irigasi di bentang bendungan yang belum optimal akan menjadi kunci agar semua proyek ini benar-benar berdampak luas.
Dengan modal bendungan yang semakin banyak dan merata, harapannya Indonesia bisa mendekat pada swasembada pangan sejati dan pertumbuhan ekonomi desa yang lebih merata. Air bukan sekadar elemen alami, ia adalah pondasi masa depan produktivitas bangsa. (*)
20 Rekomendasi Hotel Syariah dan Akomodasi Bernuansa Islami Terbaik di Semarang
16 Jul 2025, 0:27 WIB
Hotel
14 Jul 2025, 1:02 WIB
Hotel
13 Jul 2025, 23:58 WIB
Peristiwa
25 Feb 2025, 2:54 WIB
Peristiwa
24 Feb 2025, 19:14 WIB
Peristiwa
24 Feb 2025, 18:39 WIB
Politik
24 Feb 2025, 18:14 WIB
Eksplorasi
24 Feb 2025, 15:47 WIB
Eksplorasi
24 Feb 2025, 15:22 WIB
Eksplorasi
24 Feb 2025, 15:03 WIB
Eksplorasi
24 Feb 2025, 14:36 WIB
Eksplorasi
24 Feb 2025, 14:10 WIB
Eksplorasi
24 Feb 2025, 13:25 WIB
Eksplorasi
05 Feb 2024, 10:07 WIB
Eksplorasi
05 Feb 2024, 9:59 WIB
Peristiwa
05 Feb 2024, 8:02 WIB
Eksplorasi
05 Feb 2024, 7:50 WIB
Korporasi
07 Nov 2023, 22:08 WIB
Edukasi
20 Okt 2023, 13:33 WIB
Ekonomi
13 Sep 2023, 21:45 WIB
Teknologi
07 Jun 2023, 14:36 WIB